Critical Eleven Movie Review

Good night movie freakkksss!�� Tonight I wanna review a movie from our beloved country named Critical Eleven. This movie story is adopted by Ika Natassa’s novel. As we know lah ya how gorgeous and amazing all her novels. Thats why there are film directors who always want to make her novel being a movie, and this is my review about “Critical Eleven” movie.

  Sebelum ku review film ini, aku mau menekankan ya, apa yang nantinya aku tulis itu berdasarkan apa yang aku tangkap setelah satu kali nonton film ini dengan keadaan belum membaca novelnya. Loh kok belum baca udah sok sokan mau ngereview sih? Tenang permirsa, bukannya mau sok-sokkan tapi aku baper sama filmnya sampai-sampai malam ini gabisa bobo gara-gara kepikiran kapan ya gue nikah wkwkwk.

  Jadi kalau menurut akuh film ini tuh genre romantis tapi romantisnya gak yang sampe bikin eneg gitu, jadi aku suka. Bahkan film ini cenderung menceritakan kisah cinta yang bikin penontonnya terpukau. Tapi , kalau nanti apa yang aku tangkep berbeda dari versi novelnya, mungkin bisa di sharing versi aseli novelnya gimana supaya kita semakin tahu, ok?. Sip

  film ini bercerita tentang kisah sosok wanita energik, kreatif dan multitalented bernama Anya menemukan dan menjalani kehidupan cintanya. Dia merupakan wanita karir yang hampir selalu memenangkan tender dari perusahaan klien, sehingga ia mendapat tugas untuk bertemu klien di Australia untuk memenangkan tender tersebut. Saat keberangkatannya ke Ausie tersebut, disanalah Tanya bertemu dengan soulmate a.k.a teman hidup a.k.a jodoh a.k.a soon to be husband yaitu Ale yang biasa dipanggil “le.

   Gak tanggung-tanggung sih dicerita ini mereka menggunakan pesawat yang nampak seperti first class, jadi yang kutangkep berarti mereka udah sama-sama sukses dengan kehidupan karirnya sebelum bersama (yaiyalah kalo pekerja biasa biasa aja, rasanya sulit deh membuat perusahaan mau merogoh kocek lumayan besar untuk first class). Yak nanti dipertemuan ini diceritaiin tentang arti dari “critical eleven” tersebut. Anya dapat seat yang sebelahan sama Ale yang diperankan oleh Reza Rahadian. Kebayang ga sih actingnya gimana? 100/100 kubilang mah. Endessss pisan aargh.

  Perkenalan mereka bermula sejak tanpa sengaja Anya menumpahkan air ke bajunya sendiri, lalu Anya sibuk mencari lap ataupun tissue ataupun apalah bentuknya untuk ngelap bajunya itu, namun disayangkan tak ada apapun. Kemudian Ale yang melihat gerak gerik wanita yang kebingungan tersebut menawarkan sapu tangannya. Sepertinya mereka sudah menemukan chemistry sejak awal hingga percakapan mereka semakin jauh dan mendalam hingga Anya bercerita tentang kebiasaan anehnya yang selalu memegang mainan bentuk dinosaurus saat naik pesawat karena alasan yang aku sensor ya hehe.

  Lambat laun karena chemistry pada first critical imperession in the first 3 minutes, mereka semakin dekat dan menjalin hub pacaran. Lalu kisah cinta mereka bener-bener perfect tanpa hambatan, mulus beut sampe pernikahan. Gue sampai menit ke 50 sekian aja masih mikir “gils lancar jaya banget gapernah ada masalah, ga berantem-berantem. Bayangin aja keduanya sama-sama udah sukses, Anya yang expert di karirnya dan Ale yang juga merupakan pekerja di tambang perusahaan perminyakan luar negeri yang udah mapan. Kedua, kedua orang tua dan keluarga si Ale bener-bener welcome banget sama Anya. Disini kesan yang gue dapat keluarga Ale bener-bener orang yang open minded sih, secara meskipun ayahnya Ale itu tentara, dia ga kaku banget malah seru dan baik banget. Ibunya lebih-lebih, hatinya kayak malaikat. Begitupun saudaranya yang lain. Ketiga, si Alenya juga demi Allah deh sweet banget, dan bener-bener in to Anya banget. Apalagi setelah mereka menikah, adegannya bikin baper semua. Si Ale romantisnya jempol tiada dua. Si Anya pun perhatiannya tak tertandingi.

  Namun setelah mereka menikah, Anya harus resign dari kerjaannya dan ikut Ale meniti hidup di New York. Ah impian banget kayaknya cerita cinta yang semulus kulit bayi ini. Bening dan Indah. Setelah tinggal di New York, hubungan mereka pun semakin intim dan semakin bikin baper dan meleleh. Sayangnya, disini banyak banget adegan 17+ yang nggak disensor. Jadi semakin bikin baper wkwkwk parah dah. Kalau nontonnya sama pacar, bahaya sih. Tapi boleh juga kalo si cowok justru terinspirasi dan berinisiatif untuk melamar uuhh.

  Tapi pemirsah, pada pertengahan film munculan konflik di film ini. Sebelum kuceritakan konfliknya, kita akan semakin dibuai oleh kebaperan ketika Anya hamil. Disini Ale benar-benar bahagia sekali, selain itu juga perhatiannya naik bertingkat-tingkat dan lebih protectif. Ah, indah banget deh. Pada kehamilan Anya yang mungkin sudah trimester kedua ada kecelakaan kecil yang menambah kekhawatiran Ale terhadap calon anaknya. Disini sempat ada konflik antara Ale dan Anya yang akhirnya membuat mereka pindah untuk memilih tinggal di Jakarta. Anya pun kembali ke pekerjaannya dan Ale di pindah tugaskan di perusahaan yang ada di Indonesia.

  Kebahagiaan mereka semakin menjadi ketika kehamilan sudah di trimester ketiga, kamar si calon baby yang diberi nama Aiden itu sudah dipersiapkan dengan baik. Box baby putih pun sudah di rakit oleh Ale. Semua sudah lengkap, tinggal menunggu kelahiran si jabang bayi. Sayangnya, disinilah puncak mula konflik yang akan membuat kita baper ikut sedih. Aku gamau ngasih tau ah nanti di bilang spoiler lagi haha. Tapi serius sih sedih, kalau mau tau endingnya happy atau ngga cuss aja liat filmnya.

  Aku mau ngasih tau aja siap-siap di phpin sama ini film. Abis diajak bahagia tinggi-tinggi, eh disedihin sama konflik yang miris-miris. Begitu terus sampe akhir. Tapi ya disitu sensasinya sih. Yang pasti keren banget acting mereka berdua udah kayak sepasang spouse gitu.

  Habis nonton, tolong ya mas mas yang pacaran. Inisiatif gitu loh ajak mbak pacar buat daftar tanggal di KUA. Gamau apa romantis-romantis yang sah? Aduuh jangan mikir panjang dan lama dong ya haha. Untuk yang pedekate, udahlah gausah pacaran, langsung ajak nikah aja hahaha. Udah ya itu aja review dari aku, semoga kalian ga pusing bacanya ya. Muaah ��